G-53 SPECLA

Sekolahku tercinta! SPECLA...



Tidak terasa sudah 2 tahun lebih meninggalkan SPECLA tapi semua kenangan di sana tak akan pernah hilang.
Berawal dari pintu gerbang dan berakhir pula di pintu gerbang.
Melangkahkan kaki ketika pertama kalinya masuk ke kompleks seminari hingga pada akhirnya meninggalkan seminari.

26 Juli 2006, adalah waktu pertama kalinya kaki ini berpijak di bumi Sarang Gagak ini. Tak pernah terbayangkan bahwa mampu bertahan sampai tingkat akhir.
Ada canda dan tangis, ada permusuhan dan persahabatan semuanya bercampur aduk selama menjalani kehidupan nan disiplin ini. Ada jatuh bangun di dalamnya bahkan ada perpisahan setiap tahunnya.

Sekarang, tinggal mengenang perjalanan itu. Perjuangan tiada henti dalam bertahan sungguh luar biasa maka sepantasnyalah saya bersyukur untuk semua itu.

Dari 37 orang menjadi 11 orang. Pengalaman pahit nan menyedihkan! tapi itulah hidup, semua terjadi pada jalannya masing-masing.
sampai ketika waktu jua yang memisahkan kita.

2 tahun telah berlalu tapi masih seperti kemarin meninggalkan SPECLA. Rutinitas seakan terbawa sampai sekarang. Semangat berjuang pun masih seperti dulu, Dan, saat menulis semua ini, saya membayangkan 36 orang kawanku yang bersama-sama dengan aku melangkahkan kaki masuk ke SPECLA pada tanggal 26 Juli 2006 terlebih 10 saudara yang berjuang bersamaku hingga tingkat akhir.

Sekarang semua tersebar menjalani pilihan masing-masing. Semoga pilihan kita masing-masing adalah yang terbaik. Life is about choice so choose the rightest one.


6 Pertanyaan Tuhan Kepada Manusia

Ketika sedang mencari bahan di internet untuk menyelesaikan tugas, tiba-tiba hape saya bergetar. Saya kemudian mengambilnya dan ternyata terdapat BBM yang masuk dari seorang teman sekolah di SMP dulu.

Saya membaca dengan saksama dan menyadari bahwa ini benar-benar realita dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sejenak saya renungkan dan memutuskan untuk menulisnya di blog saya ini.

BBM, received Thursday 24 May 2012, 22:30

Tuhan mengajukan enam pertanyaan kepada umat-Nya.

      Tuhan: "Apakah yang PALING TAJAM di dunia ini?"
      Manusia: "Pedang!"
      Tuhan: "Salah! Yang paling tajam ialah lidah manusia karena melalui lidah,    manusia dengan mudahnya memfitnah orang lain, menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain melalui kata-katanya."

Debat Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang


Ketika masuk ke dalam ruangan himpunan, saya melihat sebuah pamflet lomba debat akuntansi yang diadakan oleh Politeknik Ujung Pandang. Awalnya, saya tidak mau ikut karena materi debat akuntansi sama sekali sangat asing bagi saya. Akuntansi Forensik yang adalah tema debat belum pernah saya pelajari sehingga ada ketakutan bahwa saya tidak menguasai materi ketika akan berlomba. Namun, entah bagaimana keesokan harinya saya memberanikan diri mengambil formulir debat tersebut dan mulai membuat tulisan sebagai seleksi awal lomba untuk masuk ke dalam babak semifinal.
   Kembali berpikir ketika hendak menentukan siapa yang harus menjadi pasangan saya dalam lomba debat kali ini. Dan akhirnya setelah berpikir matang-matang, akhirnya saya mengajak Sitti R. Syafitri dalam lomba kali ini dan saya sangat senang karena Sitti langsung menerima tawaran tersebut.
     Bergelut dengan tulisan awal sangat sulit karena materi akuntansi forensik belum pernah didapatkan sebelumnya sehingga hanya mengandalkan informasi dari internet. Dan puji Tuhan, tulisannya bisa selesai dengan judul ‘Memutus Mata Rantai Fraud Triangle melalui Akuntansi Forensik’. Setelah fix, saya membawa tulisan tersebut ke Himpunan Mahasiswa Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang untuk diseleksi.

The Competition

 Seperti biasa, dengan menggunakan kereta Commuter line, saya menuju ke Universitas Indonesia,
suasana di atas kereta api commuter line


dan rute perjalanan ialah; Pondok Ranji ke Tanah Abang dan dari Tanah Abang ke Universitas Indonesia.





rute perjalanan daru pondok Ranji ke Universitas Indonesia

Dan perjalanan yang cukup lama harus ditempuh. Harus memerlukan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk sampai ke Universitas Indonesia dan akhirnya kaki ini berpijak di Kampus Kuning, kampus terbaik di Indonesia.

Universitas Indonesia

Dan kompetisi pun dimulai.


Dengan penuh perjuangan, berusaha melakukan yang terbaik.
namun, hanya bisa menempati peringkat 12 dari 24 peserta.







Day I 16th ALSA NEC


Perjalanan berawal dari sini. Nunu, Nurul dan Pipit cepat sekali berangkat ke bandara dan alhasil ketika saya masih dalam perjalanan, mereka sudah gusar karena sudah mendekati waktu check in dan pada takut dapat kursi bagian belakang karena katanya bising banget dan akhirnya tidak bisa istirahat di pesawat.
Setelah kurang lebih setengah jam menunggu, akhirnya saya pun datang. Ternyata mereka sudah tidak sabaran lagi untuk check in. Dan setelah berpamitan sama bapaknya Pipit, kami pun check in.

Hmm, ternyata waktu boarding masih lama dan terpaksa kami menunggu lama. Sambil menunggu waktu boarding, kami cerita-cerita sambil makan bekal yang dibawa oleh Pipit. Setelah kurang lebih setengah jam menunggu, terdengar pengumuman: “Perhatian….perhatian… Bagi penumpang Batavia Air tujuan Jakarta dengan nomor penerbangan Y6-844 dipindahkan ke gate 5.” Sangat menjengkelkan kalo dipindahkan. Artinya harus nenteng-nenteng tas lagi ke gate yang ditunjukkan. Tapi mau gimana lagi, itu sudah keharusan dari pada ditinggal pesawat.

Boarding time…
Pesawat take off….
Pukul 10.35 LT, landed at Soekarno Hatta International Airport.

@ Soekarno Hatta International Airport


                Akhirnya, tiba juga di Jakarta. Untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di Ibu Kota negara tercinta ini. Perjalanan selanjutnya kami berpisah. Nunu, Nurul dan Pipit langsung ke Depok menggunakan bus Damri ke Stasiun Gambir dan di Stasiun Gambir mengambil kereta api ke Stasiun Universitas Indonesia. Sementara saya mengambil travel X-Trans menuju ke Bintaro. Perjalanan kurang lebih satu setengah jam sampai akhirnya tiba di Bintaro Town Square.
tiket kereta api commuter line
                Di sana saya menunggu kurang lebih setengah jam sampai akhirnya Salupra datang menjemputku dan membawaku ke kos-annya di Pondok Ceger di belakang kampus STAN. Tiba di sana langsung istirahat dan Salupra kembali ke kampus STAN untuk kuliah.
                Setelah Salupra pulang dan saya sudah bangun, Salupra langsung mengajak saya ke Universitas Indonesia untuk mengenalkan cara ke Universitas Indonesia karena tidak dapat mengantar saya ke UI jika akan mengikuti lomba di sana berhubung Salupra ada kuliah.
Stasiun Pondok Ranji, di sanalah kami menunggu kereta api menuju Tanah Abang. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya kereta commuter line datang. Dengan membayar Rp 6.000/tiket kami naik kereta ke Stasiun Tanah Abang.

stasiun pondok Ranji
 Di stasiun Tanah Abang kami membali tiket kereta api ke Universitas Indonesia. Sepanjang perjalanan ke Universitas Indonesia, kami tidak mendapat tempat duduk sehingga terpaksa berdiri melewati 11 stasiun sampai akhirnya di stasiun ke-12 kami turun. Itulah Stasiun Universitas Indonesia. Setelah itu, kami langsung pulang ke Pondok Ceger dengan rute yang sama.