PROTES SEORANG IBU RUMAH TANGGA

Aku terbangun dengan kaget saat kusadari matahari telah congkak dan waktu subuh telah dari tadi pergi. Mama memilhatku dengan kaget, tidak biasanya aku terbangun begitu siang. Sangkanya aku sudah bangun dan tidur lagi, seperti banyak pagi sebelumnya. Kuhatamkan kewajiban pagiku sembari suara tivi sudah begitu keras di telinga. Pagi-pagi, mama atau bapak setelah bangun memang senang nongkrong depan tivi. Mama akan melakukannya sembari melakukan kegiatan paginya lain_menyiapkan sarapan, bersih-bersih. Setelah mengganjal perut, aku ikut duduk depan tivi.
“Bagaimana ini demo? tidak berhasil ka? BBM tetap mau dinaikkan, itu kemarin DPR rapat. Kata mama bertannya padaku. Sembari kulihat rentetan berita yang mengabarkan tentang betapa semakin “anarkisnya” demo anti kenaikan BBM hingga kemarin. Dan kabarnya hari ini adalah puncak kemarahan rakyat. Di seantero negeri, penolakan akan kenaikan BBM sejak minggu lalu ditayangkan di depan tivi. Pertanyaan mama buatku tersenyum. Pertanyaannya akhirnya mulai maju. Dulu jika melihat tayangan aksi di tivi, pertanyaannya adalah “ kenapaka harus demo?”. Tapi kali ini lumayan berkembang.
“ Jelasnya, agar SBY tau kalau tidak ada yang mau BBM naik.” Kataku seadanya
“Iya, di rapat DPR kemarin ada beberapa partai yang menolak.” Mataku tidak beralih dari depan tivi. Mama masih dengan handuk di badan menunda mandinya.
“ Kenapa itu SBY tidak mendengar kasian. Sewa mobil naik semua, barang-barang mulaimi naik, trus andalannya Pak SBY, BLT mau dinaikkan 150 ribu. Berapa itu?” ungkap ibu dengan dialeg Bone dan bahasa Bugis. terdengar lebih kasar dari biasanya, khas ibu-ibu rumah tangga yang terusik jika meenyangkit harga. Beberapa hari yang lalu, ia juga dengan beberapa tetangga mengumpulkan keluhan yang sama.
masih di depan tivi, Kapolda Medan menyatakan penyataannya tentang betapa kacaunya bandara karena ulah mahasiswa yang menduduki bandara. Memelas betapa ruginya rakyat banyak karena banyak penerbangan yang tertunda. Puluhan penerbangan. Sembari meminta, menghimbau, _khas petinggi_ tayangan mahasiswa melempari bandara, menampakkan seolah kini mahasiswa yang atas nama rakyat berada di posisi yang salah. Dan aku heran, kali ini mama tidak lagi memburuku dengan pertanyaan “kenapaka harus begitu demonya?”
Pak Kapolda masih menghimbau dan begitu merasa teraniyaya “ beritahu presidenmu” kataku singkat. Dan mama membenarkan. Hahahaha. Aku membangun banyak asumsi sementara mama masih menggerutu dengan segenap pertimbangannya akan “tidak ada keuntungannya” BBM dinaikkan. Mama saja yang seorang pegawai negeri golongan IV dengan tunjangn sertifikasi guru pula, masih mengeluh tentang ini, apalagi tante Use, tetangga sebelah yang menghidupi dirinya dari usaha makanan yang ia geluti sejak lama, tante Reda yang suaminya seorang tukang oejk, dengn 5 orang anak di rumahnya yang masih usia SD, tante Jum janda 4 anak yang bergantung pada kerjaan anaknya yang hanya tukang “panggilan”_jika ada panggilan, ada kerjaan_, tante Roso yang hampir setiap minggu datang padaku meminta dibantu untuk membeli beras, atau semua perempuan-perempuan lain yang punya tanggungan berat akan dapurnya yang harus terus mengepul, agar semua anaknya harus tetap makan, sehat menjadi pilihan nomor dua. Murah adalah piliahan mutlaknya. Maka SBY adalah satu-satunya manusia yang akan dimintai pertanggungjawabannya karena ratusan ibu-ibu lainnya membesarkan generasi yang "sakit" di bangsa ini.
Dan pagi ini, rasanya adrenalin terpacu. Harusnya, aku yang sehat walafiat dengan pikiran waras bisa turun ke jalan dan ikut mengatakan “TIDAK” untu kenaikan BBM. Mirisnya, semangat itu tidak bisa kualirkan kemana-mana. Selemah-lemahnya iman, aku hanya bisa menulis.
“ Di seantero negeri, jika kamu bertanya tentang issu kenaikan BBM. Tentu semua orang bilang “TIDAK”. Orang-orang inilah yang harusnya kamu dengar SBY, orang-orang yang di tangannya telah memilihmu untuk menentukan nasibnya. Mereka tidak berharap, kamu bisa memberinya makan setiap hari, mereka hanya ingin mencari nafkah,lalu hidup dengan tenang. Karena tentunya kamu telah sangat mapan untuk merasakan betapa susahnya saat mendengar semua kebutuhan pokok telah merangkak naik. Kamu sedang membunuh rakyatmu. Dan aku tahu kamu menyadari itu. Aku menolak kenaikan BBM. Aku katakan TIDAK untukmu SBY dan para anjing penjagamu di DPR sana yang turut berkata iyya. “
Aku mengatakan ini, di mimbar aksiku sendiri.
Sekarang, tidak ingin peduli tentang metode yang tepat untuk menyampaikan pendapatmu. Puisi, lagu, cacian, makian, orasi, bahkan lemparan. Lakukan semaumu para demostran. Ruang dialogis yang baik, yang lemah lembut, hanya mereka tertawai. Jika dengan merusak, mereka bisa mendengar. Kenapa itu tidak dicoba???
Dan pagiku kupenuhi dengan protes. Protes hanya dari depan tivi. Malu rasanya. Kukirimkan semangat dan doa untuk semua massa aksi yang hari ini turun ke jalan. Yang menyatakan tidak, yang menyatakan menolak. Kalaupun harus chaos, berlarilah sekencangnya! Jangan sampai kena tembak atau kena batu! Jangan sampai terluka poko’nya. Semangat! Semangat semangat!
Dan kulakukan tugasku di sini "membesarkan generasi yang menolak patuh"

Ibu Nhyta
27 Maret 2012
#harusnya ikut aksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar