MAHASISWA

Mahasiswa telah mati
Terbukur dalam kenikmatan dunia
......
 Yang ada mahasiswa penjilat berwajah pengecut!






Mahasiswa egois! Mahasiswa memikirkan diri sendiri! Era sudah berubah. Era Soe Hoek Gie telah mati diinjak-injak oleh mahasiswa masa kini. Semangat perjuangan Gie telah mati di tangan mahasiswa yang kini lebih memilih berhadapan dengan blackberry, iPhone, iPad. Sungguh ironis. Sejenak, ketika kita menelusuri tiga fungsi mahasiswa sebagai agent of change, social control, dan moral force, tentunya kita berharap bahwa mahasiswa bisa mewujudkan tiga fungsi suci itu. Akan tetapi, hanya segelintir mahasiswa yang mau dan berusaha mewujudkan tiga fungsi ini. Kemanakah mahasiswa lainnya? Tidakkah merekah peduli akan fungsi yang melekat pada identitas mereka? Ataukah mereka sudah lupa ketika dunia menawarkan sesuatu yang lebih menarik ketimbang berusaha menghidupi tiga fungsi mahasiswa?
Mahasiswa bodoh! Mahasiswa tak punya pikiran! Berani-beraninya berteriak turunkan pejabat korupsi ketika dalam kehidupannya dia sering melakukan korupsi jam kuliah. Berani-beraninya berteriak perhatikan kaum miskin ketika ketika dia sering angkat tangan ketika kaum miskin digusur dan memerlukan bantuan. Inikah bukti nyata dari tiga fungsi mahasiswa itu? Pastilah Soe Hoek Gie merasa sia-sia berjuang karena ternyata apa yang telah diteladankan pada akhirnya diinjak-injak dan dibunuh di atas keegoisan sang mahasiswa. Pastilah Soe Hoek Gie merasa kecewa karena pada akhirnya hanya segelintir orang yang mau meneruskan perjuangannya.
Masa telah berganti. Kini rakyat sudah tak percaya akan sikap idealis mahasiswa tanpa perbuatan nyata. Rakyat lebih butuh teladan dan cerita sukses mahasiswa dalam membantu rakyat dan lebih dari itu yakni untuk mewujudkan tiga fungsi mahasiswa. Rakyat lebih membutuhkan bukti pemikiran sang mahasiswa. Rakyat lebih butuh bukti dan bukan janji.

Semua harapan hanya menjadi harapan belaka. Semua mimpi hanya menjadi mimpi di siang bolong. Kenyataan yang kita temukan adalah mahasiswa pengecut, egois, dan  tak mau berjuang untuk sesama. Mahasiswa lebih memilih menghidupi semangat 3K (kuliah-kampus-ke mana-mana). Sugguh mengecewakan!
Di manakah engkau mahasiswa?
Alasan klasik dan tetap klasik. Mahasiswa ingin lebih fokus pada pengembangan akademik. Memang, tugas utama mahasiswa adalah belajar dan menorehkan hasil yang baik. Akan tetapi kualitas intelektual akan lebih terukur dan teraplikasikan ketika dibawa pada tataran praksis. Ingat bahwa teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh!
Alasan klasik dan tetap klasik. Mahasiswa lebih ingin fokus pada pengembangan benih-benih entrepreneurship. Memang, mahasiswa sudah harus bisa mandiri karena sudah dianggap dewasa dan mahasiswa mandiri adalah teladan bagi masyarakat menyangkut masalah financial. Membebaskan rakyat dari kemiskinan adalah teriakan absurd dari mahasiswa pemalas dan tidak belajar mandiri.
            Harapan masyarakat terhadap mahasiswa memang masih ada. Perjuangan mahasiswa sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena mahasiswa adalah jembatan antara pemerintah dan rakyat. Perjuangan mahasiswa adalah perjuangan demi rakyat dan kaum-kaum yang terpinggirkan. Harapan itu tetap ada dan kehidupannya belum dapat dipastikan akan berakhir.
            Sumpah mahasiswa! Sumpah suci tak bermakna kalau perjuangan mahasiswa masa kini tidak kembali kepada karakter dan kredo mahasiswa yang sebenarnya seperti yang telah diteladankan oleh Gie. Mahasiswa adalah man of idealism, intelektual muda, dan agen perubahan bangsa. Intelektualitas, jiwa pemikir dan kekuatan akademik tak akan pernah lepas dari identitas dari sang mahasiswa karena itulah dasar dari pergerakan mahasiswa. Tetap dalam perjuangan. Quo vadis pergerakan mahasiswa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar